sumber : http://www.tarbiyah.net/2016/03/mengapa-khalid-bin-walid-tak.html |
Pada usia 58 tahun, Khalid jatuh sakit. Ketika sahabat datang menjenguknya, ia memperlihatkan bekas-bekas luka perang di sekujur tubuhnya. Kaki kanannya penuh bekas luka. Kaki kirinya penuh bekas luka. Pun tangannya banyak bekas luka. Bahkan dadanya juga penuh bekas luka. “Bagaimana mungkin orang yang mengalami luka sebanyak ini di dadanya bisa tetap hidup?” kata temannya itu.
Khalid menuturkan betapa ia sangat ingin syahid di medan perang. Tapi kini takdirnya ia akan meninggal di atas kasur. “Hal ini sudah menjadi takdirmu,” kata sahabat itu.
“Lantas apa yang menghalangiku untuk memperoleh syahid di medan perang?”
“Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menggelarimu sebagai syaifullah (pedang Allah), beliau mengetahui bahwa pedang itu tak mungkin hancur dalam peperangan. Sebab jika pemiliknya terbunuh di tangan seorang musyrik, itu berarti bahwa pedang Allah telah hancur di tangan musuh Allah. Tentu hal itu takkan dibiarkan terjadi.”[Ibnu K/Tarbiyah.net]
Disarikan dari buku Khalid bin Walid karya Agha Ibrahim Akram
sumber : http://www.tarbiyah.net/2016/03/mengapa-khalid-bin-walid-tak.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar