Sore itu saya buru-buru pulang ke rumah setelah usai jam
kerja. " Pokoknya hari ini Tenggo – jam berdenteng langsung go – pulang. Alhamdulillah ketika pulang di
jalanan lancar dan tidak macet, sehingga rencana untuk hadir taklim rutin ba’da Isya di Mushalla dapat terkejar.
Dalam salah satu bagian ceramahnya Sang Ustadz menceritakan
perihal Sahabat yang mulia, Abu Bakar RA. Ceritanya kira-kira seperti di bawah
ini.
Suatu hari tak lama
sepeninggal wafatnya Rasulullah SAW, Sahabat yang mulia Abu Bakar RA bertanya
kepada anaknya Aisyah – yang lain tak bukan adalah isteri Nabi SAW.
“Wahai anakku Aisyah, katakanlah kepadaku apakah ada amalan
Rasulullah SAW yang belum aku kerjakan ?”
“Tidak ada wahai ayahku, semuanya sudah engkau kerjakan”,
jawab Aisyah.
Abu Bakar tidak puas mendengar jawaban dari Aisyah tersebut,
dan kembali bertanya :
“Wahai anakku, katakanlah kepadaku amalan apa yang Rasulullah SAW kerjakan, tapi
aku belum pernah melaksanakannya”.
Kembali Aisyah RA, menjawab: “Semua sudah engkau amalkan, wahai Ayahku”.
“Coba kamu ingat-ingat mungkin ada amalan Rasulullah SAW yang aku belum pernah mengerjakannya”.
Barulah pada pertanyaan yang ketiga kalinya ini Aisyah
menjawab: “Ada ya Ayahku . . . , amalan
Rasulullah yang engkau belum kerjakan”
Abu Bakar dengan semangatnya mengejar. “Amalan
apakah itu wahai anakku . . .? “
“Yaitu pada setiap pagi Rasulullah SAW pergi ke sudut pasar
dan menyuapi seorang pengemis buta”. Jelas Aisyah.
Subhaanallaah . . . .
Abu Bakar kaget dan terhenyak.
“Kalau begitu besok aku akan melakukan hal yang sama dengan
perbuatan Rasul SAW tsb”, kata Abu Bakar berlalu.
Keesokan harinya di
waktu pagi Abu Bakar bergegas ke sudut pasar dan mencari pengemis buta yang
diceritakan Aisyah. Lalu serta merta dia menyuapi pengemis tersebut.
“Siapa engkau”, hardik pengemis ketika menerima suapan
pertama dari Abu Bakar.
Aku adalah orang yang biasa menyuapimu setiap hari di sudut
pasar ini”, Abu Bakar coba menjawab.
“Bohong . . . !! kamu
bukanlah orang yang biasa menyuapiku” sergah pengemis buta itu.
“Orang yang biasa menyuapiku itu dia melakukannya dengan
lemah lembut dan terlebih dulu makanannya dihaluskan, sehingga aku mudah
menelannya”.
Air mata Abu Bakar berlinang.
Wahai Rasul, sungguh akhlakmu mulia tiada bandingannya.
Sehingga seorang pengemis Yahudi yang buta di sudut pasar bisa membedakan dan
merasakan kehalusan dan kesantunan akhlakmu.
“Siapa orang yang biasa menyuapiku”, pengemis buta bertanya
kepada Abu Bakar.
“Beliau adalah Muhammad Rasulullah SAW, orang yang selalu
kamu caci setiap hari. Sekarang Beliau telah tiada”, jelas Abu Bakar.
Demikianlah kurang lebih salah satu episode dari sejarah
hidup Rasulullah SAW.
Apa hikmah yang bisa kita ambil ?.
Salah satunya adalah kegigihan seorang Abu Bakar RA sebagai seorang
sahabat Nabi SAW yang walaupun sudah
dijamin masuk surga – tapi selalu merasa kurang dalam beramal dan berusaha untuk
senantiasa melaksanakan sunnah Rasul.
Hikmah lainnya yaitu ketinggian akhlak Rasul SAW, walaupun
dia dicaci setiap hari oleh seorang Pengemis buta Yahudi, tapi Beliau tetap
berbuat baik dan menunjukkan akhlak yang superr.
Subhaanallaah . . . . .
Bagaimana dengan kita . . . . ???
Illustrasi : from boyriesdanu.blogspot.com
Cibitung, 22 Oktober 2011 - 24 Dzulqa’dah 1432 H.
Abuizzat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar