sumber: http://www.dakwatuna.com/2008/03/452/muhammad-sebagai-seorang-suami/
Di antara tanda kasih sayang Allah swt terhadap manusia adalah
diutusnya Rasul ditengah-tengah mereka. Inilah nikmat paling besar yang Allah
swt karuniakan kepada manusia. Agar para Rasul menjadi penerang bagi
orang-orang yang salah jalan. Menjadi penunjuk bagi orang-orang yang tersesat.
Allah swt berfirman
tentang pribadi Nabi kita Muhammad saw.
“Sesungguhnya telah ada
pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang
yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah.” Al Ahzab:21
Berkata Ibnu Katsir
ketika menafsirkan ayat ini: “Inilah ayat mendasar yang berisikan anjuran
menjadikan Rasulullah saw sebagai suri teladan, dalam ucapan, perbuatan dan
keadannya.”
Dan bukti kemurahan
Allah swt terhadap umat Islam ini adalah, bahwa sirah atau perjalanan hidup
Nabi saw. baik berupa ucapan, perbuatan dan keadaannya direkam dan dijaga oleh
para tokoh –ahli hadits- yang mukhlis. Dan mereka menyampaikan apa yang datang
dari Rasul kepada orang lain dengan sangat amanah.
Contoh sederhana adalah
tentang petunjuk Nabi bagaimana beliau makan, cara minum, berpakaian, berhias,
bagaimana beliau tidur dan ketika terjaga, ketika beliau mukim atau sedang
safar, ketika beliau tertawa atau menangis, dalam kesungguhan atau canda, dalam
suasana ibadah atau hubungan sosial, perihal urusan agama atau dunia, ketika
kondisi damai atau saat perang, dalam berinteraksi dengan kerabat atau orang
yang jauh, menghadapi teman atau lawan, sampai pada sisi-sisi yang menurut
orang bilang “intim” dalam hubungan suami-istri. Semuanya terekam, tercatat dan
diriwayatkan dengan sahih dalam sirah perjalanan hidup beliau saw.
Dalam tulisan sederhana
ini kami paparkan petunjuk Nabi saw. tentang bagaimana beliau berinteraksi
dengan istri-istrinya. Bagaimana beliau bermu’amalah dan menjaga mereka. serta
bagaimana beliau melaksanakan kewajibannya untuk memenuhi hak-hak mereka.
Muhammad
Bersikap Adil
Nabi Muhammad saw.
sangat memperhatikan perilaku adil terhadap istri-istrinya dalam segala hal,
termasuk sesuatu yang remeh dan sepele. Beliau adil terhadap istri-istrinya
dalam pemberian tempat tinggal, nafkah, pembagian bermalam, dan jadwal
berkunjung. Beliau ketika bertandang ke salah satu rumah istrinya, setelah itu
beliau berkunjung ke rumah istri-istri beliau yang lain.
Soal cinta, beliau lebih
mencintai Aisyah dibanding istri-istri beliau yang lain, namun beliau tidak
pernah membedakan Aisyah dengan yang lain selamanya. Meskipun di sisi lain,
beliau beristighfar kepada Allah swt karena tidak bisa berlaku adil di dalam
membagi cinta atau perasaan hati kepada istri-istrinya, karena persoalan yang
satu ini adalah hak preogratif Allah swt. saja. Rasulullah saw. bersabda:
(اللهم إن هذا قسمي فيما أملك، فلا تلمني
فيما لا أملك)
“Ya Allah, inilah
pembagianku yang saya bisa. Maka jangan cela aku atas apa yang aku tidak
kuasa.”
Ketika beliau dalam
kondisi sakit yang menyebabkan maut menjemput, beliau meminta kepada istrinya
yang lain agar diperkenankan berada di rumah Aisyah. Bahkan ketika beliau
mengadakan perjalanan atau peperangan, beliau mengundi di antara
istri-istrinya. Siapa yang kebagian undian, dialah yang menyertai Rasulullah
saw.
Muhammad
Bermusyawarah Dengan Para Istrinya
Rasulullah saw mengajak
istri-istrinya bermusyawarah dalam banyak urusan. Beliau sangat menghargai
pendapat-pendapat mereka. Padahal wanita pada masa jahiliyah, sebelum datangnya
Islam diperlakukan seperti barang dagangan semata, dijual dan dibeli, tidak
dianggap pendapatnya, meskipun itu berkaitan dengan urusan yang langsung dan
khusus dengannya.
Islam datang mengangkat martabat wanita, bahwa mereka sejajar dengan laki-laki, kecuali hak qawamah atau kepemimpinan keluarga, berada ditangan laki-laki. Allah swt berfirman:
Islam datang mengangkat martabat wanita, bahwa mereka sejajar dengan laki-laki, kecuali hak qawamah atau kepemimpinan keluarga, berada ditangan laki-laki. Allah swt berfirman:
“Dan para wanita
mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf. Akan
tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya. Dan
Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” Al Baqarah:228.
Adalah pendapat dari
Ummu Salamah ra pada peristiwa Hudaibiyah, membawa berkah dan keselamatan bagi
umat Islam. Ummu Salamah memberi masukan kepada Nabi agar keluar menemui para
sahabat tanpa berbicara dengan siapa pun, langsung menyembelih hadyu atau
seekor domba dan mencukur rambutnya. Ketika beliau melaksanakan hal itu, para
sahabat dengan serta-merta menjalankan perintah Nabi saw, padahal sebelumnya
mereka tidak mau melaksanakan perintah Rasul, karena mereka merasa pada pihak
yang kalah pada peristiwa itu. Mereka melihat bahwa syarat yang diajukan kaum
kafir Quraisy tidak menguntungkan kaum muslimin.
Muhammad Lapang
Dada dan Penyayang
Istri-istri Rasulullah
saw memberi masukan tentang suatu hal kepada Nabi, beliau menerima dan
memberlakukan mereka dengan lembut. Beliau tidak pernah memukul salah seorang
dari mereka sekali pun. Belum pernah terjadi demikian sebelum datangnya Islam.
Perempuan sebelum Islam tidak punya hak bertanya, mendiskusikan dan memberi
masukan apalagi menuntut.
Umar ra berkata:
Umar ra berkata:
“Saya marah terhadap
istriku, ketika ia membantah pendapatku, saya tidak terima dia meluruskanku.
Maka ia berkata; “Mengapa kamu tidak mau menerima pendapatku, demi Allah, bahwa
istri-istri Rasulullah memberi pendapatnya kepada beliau, bahkan salah satu
dari mereka ngambek dan tidak menyapanya sehari-semalam. Umar berkata; “Saya
langsung bergegas menuju rumah Hafshah dan bertanya: “Apakah kamu memberi
masukan kepada Rasulullah saw? ia menjawab: Ya. Umar bertanya lagi, “Apakah
salah seorang di antara kalian ada yang ngambek dan tidak menegur Rasul selama
sehari-semalam? Ia menjawab: Ya. Umar berkata: “Sungguh akan rugi orang yang
melakukan demikian di antara kalian.”
Cara Nabi
Meluruskan Keluarganya
Rasulullah saw tidak
pernah menggap sepele kesalahan yang diperbuat oleh salah satu dari istri.
Beliau pasti meluruskan dengan cara yang baik. Diriwayatkan dari Aisyah:
تقول عائشة
رضي الله عنها: ما رأيت صانعة طعام مثل صفية صنعت لرسول الله طعاما وهو في بيتي،
فارتعدت من شدة الغيرة فكسرت الإناء ثم ندمت فقلت: يا رسول الله ما كفارة ما صنعت؟
قال: إناء مثل إناء، وطعام مثل طعام.
“Saya tidak pernah
melihat orang yang lebih baik di dalam membuatkan masakan, selain Shafiyah. Ia
membuatkan hidangan untuk Rasulullah saw di rumahku. Seketika saya cemburu dan
membanting piring beserta isinya.” Saya menyesal, seraya berkata kepada
Rasulullah saw. “Apa kafarat atas perilaku yang saya lakukan?” Rasulullah saw
menjawab: “Piring diganti piring, dan makanan diganti makanan.”
Rasulullah saw. menjadi
pendengar yang baik. Beliau memberi kesempatan kepada istri-istrinya kebebasan
untuk berbicara. Namun beliau tidak toleransi terhadap kesalahan sekecil apa
pun. Aisyah berkata kepada Nabi setelah wafatnya Khadijah ra.:
“Kenapa kamu selalu mengenang seorang janda tua, padahal Allah telah memberi ganti kepadamu dengan yang lebih baik.” Maka Rasulullah saw marah, seraya berkata: “Sunggguh, demi Allah, Allah tidak memberi ganti kepadaku yang lebih baik darinya. Ia telah beriman kepadaku ketika manusia mengingkariku. Ia menolongku ketika manusia memusuhiku. Saya dikaruniai anak darinya, yang tidak Allah berikan lewat selainnya.”
“Kenapa kamu selalu mengenang seorang janda tua, padahal Allah telah memberi ganti kepadamu dengan yang lebih baik.” Maka Rasulullah saw marah, seraya berkata: “Sunggguh, demi Allah, Allah tidak memberi ganti kepadaku yang lebih baik darinya. Ia telah beriman kepadaku ketika manusia mengingkariku. Ia menolongku ketika manusia memusuhiku. Saya dikaruniai anak darinya, yang tidak Allah berikan lewat selainnya.”
Muhammad Pelayan
Bagi Keluarganya
Rasulullah saw tidak
pernah meninggalkan khidmah atau pelayanan ketika di dalam rumah. Beliau selalu
bermurah hati menolong istri-istrinya jika kondisi menuntut itu. Rasulullah saw
bersabda:
وكان يقول: (خدمتك
زوجتك صدقة)
“Pelayanan Anda untuk
istri Anda adalah sedekah.”
Adalah Rasulullah saw
mencuci pakaian, membersihkan sendal dan pekerjaan lainnya yang dibutuhkan oleh
anggota keluarganya.
Muhammad Berhias
Untuk Istrinya
Rasulullah saw mengetahu
betul kebutuhan sorang wanita untuk berdandan di depan laki-lakinya, begitu
juga laki-laki berdandan untuk istrinya. Adalah Rasulullah saw paling tampan,
paling rapi di antara manusia lainnya. Beliau menyuruh sahabat-sahabatnya agar
berhias untuk istri-istri mereka dan menjaga kebersihan dan kerapihan.
Rasulullah saw bersabda:
وكان يقول:
(اغسلوا ثيابكم وخذوا من شعوركم واستاكوا وتزينوا وتنظفوا فإن بني إسرائيل لم
يكونوا يفعلون ذلك فزنت نساؤهم).
“Cucilah baju kalian.
Sisirlah rambut kalian. Rapilah, berhiaslah, bersihkanlah diri kalian. Karena
Bani Isra’il tidak melaksanakan hal demikian, sehingga wanita-wanita mereka
berzina.”
Muhammad dan
Canda-Ria
Rasulullah saw tidak
tidak lupa bermain, bercanda-ria dengan istri-istri beliau, meskipun
tanggungjawab dan beban berat di pundaknya. Karena rehat, canda akan
menyegarkan suasan hati, menggemberakan jiwa, memperbaharui semangat dan
mengembalikan fitalitas fisik.
فعن عائشة –
رضي الله عنها- أنها قالت خرجنا مع رسول الله (صلى الله عليه وسلم) في سفر فنزلنا
منزل فقال لها : تعالي حتى أُسابقك قالت: فسابقته فسبقته، وخرجت معه بعد ذلك في
سفر آخر فنزلنا منزلا فقال: تعالي حتى أسابقك قالت: فسبقني، فضرب بين كتفي وقال :
هذه بتلك).
Dari Aisyah ra berkata: “Kami
keluar bersama Rasulullah saw dalam suatu safar. Kami turun di suatu tempat.
Beliau memanggil saya dan berkata: “Ayo adu lari” Aisyah berkata: Kami berdua
adu lari dan saya pemenangnya. Pada kesempatan safar yang lain, Rasulullah saw
mengajak lomba lari. Aisyah berkata: “Pada kali ini beliau mengalahkanku. Maka
Rasulullah saw bersabda: “Kemenangan ini untuk membalas kekalahan sebelumnya.” Allahu A’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar