Kamis, 10 November 2011

Ragam Metode Pengajaran Baca Tulis Al-Qur'an


Ragam Metode Pengajaran Baca Tulis        Al-Qur'an
Oleh: Komari  

1. Metode Baghdadiyah.
Metode ini disebut juga dengan metode “ Eja “, berasal dari Baghdad masa pemerintahan
khalifah Bani Abbasiyah. Tidak tahu dengan pasti siapa penyusunnya. Dan telah seabad lebih
berkembang secara merata di tanah air. 
Secara dikdatik, materi-materinya diurutkan dari yang kongkrit ke abstrak, dari yang
mudah ke yang sukar, dan dari yang umum sifatnya kepada materi yang terinci ( khusus ). Secara
garis besar, Qoidah Baghdadiyah memerlukan 17 langkah. 30 huruf hijaiyyah selalu ditampilkan
secara utuh dalam tiap langkah. Seolah-olah sejumlah tersebut menjadi tema central dengan
berbagai variasi. Variasi dari tiap langkah menimbulkan rasa estetika bagi siswa (enak didengar )
karena bunyinya bersajak berirama. Indah dilihat karena penulisan huruf yang sama. Metode ini
diajarkan secara klasikal maupun privat.




Beberapa kelebihan Qoidah Baghdadiyah antara lain : 
a. Bahan/materi pelajaran disusun secara sekuensif.
b. 30 huruf abjad hampir selalu ditampilkan pada setiap langkah secara utuh sebagai tema
sentral.
c. Pola bunyi dan susunan huruf (wazan) disusun secara rapi.
d. Ketrampilan mengeja yang dikembangkan merupakan daya tarik tersendiri.
e. Materi tajwid secara mendasar terintegrasi dalam setiap langkah.
                                               
2. Metode Iqro’.
Metode Iqro’ disusun oleh Bapak As'ad Humam dari Kotagede Yogyakarta dan
dikembangkan oleh AMM ( Angkatan Muda Masjid dan Musholla ) Yogyakarta dengan
membuka TK Al-Qur'an dan TP Al-Qur'an.  Metode Iqro’ semakin berkembang dan menyebar
merata di Indonesia setelah munas DPP BKPMI di Surabaya yang menjadikan TK Al-Qur'an dan
metode Iqro’ sebagai sebagai program utama perjuangannya.
 Metode Iqro’ terdiri dari 6 jilid dengan variasi warna cover yang memikat perhatian anak
TK Al-Qur'an. 10 sifat buku Iqro’ adalah :
a. Bacaan langsung.
b. CBSA
c. Privat
d. Modul
e. Asistensi

Bentuk-bentuk pengajaran dengan metode Iqro’ antara lain : 
a. TK Al-Qur'an 
b. TP Al-Qur'an
c. Digunakan pada pengajian anak-anak di masjid/musholla
d. Menjadi materi dalam kursus baca tulis Al-Qur'an
e. Menjadi program ekstra kurikuler sekolah
f. Digunakan di majelis-majelis taklim

3. Metode Qiro’ati
Metode baca al-Qu ran Qira'ati ditemukan KH. Dachlan Salim Zarkasyi (w. 2001 M) dari
Semarang, Jawa Tengah. Metode yang disebarkan sejak awal 1970-an, ini memungkinkan anakanak mempelajari al-Qur'an secara cepat dan mudah..
Kiai Dachlan yang mulai mengajar al-Qur'an pada 1963, merasa metode baca al-Qur'an
yang ada belum memadai. Misalnya metode Qa'idah Baghdadiyah dari Baghdad Irak, yang
dianggap metode tertua, terlalu mengandalkan hafalan dan tidak mengenalkan cara baca tartil
(jelas dan tepat, red.)
 Kiai Dachlan kemudian menerbitkan enam jilid buku  Pelajaran Membaca al-Qur'an
untuk TK al-Qur'an untuk anak usia 4-6 tahun pada l Juli 1986. Usai merampungkan
penyusunannya, KH. Dachlan berwasiat, supaya tidak  sembarang orang mengajarkan metode
Qira'ati. Tapi semua orang boleh diajar dengan metode Qira'ati. 
Dalam perkembangannya, sasaran metode Qiraati kian diperluas. Kini ada Qiraati untuk
anak usia 4-6 tahun, untuk 6-12 tahun, dan untuk mahasiswa.

Secara umum metode pengajaran Qiro’ati adalah :
a. Klasikal dan privat
b. Guru menjelaskan dengan memberi contoh materi pokok bahasan, selanjutnya siswa
membaca sendiri ( CBSA) 
c. Siswa membaca tanpa mengeja.
d. Sejak awal belajar, siswa ditekankan untuk membaca dengan tepat dan cepat.

4. Metode Al Barqy
Metode al-Barqy dapat dinilai sebagai metode cepat  membaca al-Qur'an yang paling
awal. Metode ini ditemukan dosen Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel Surabaya, Muhadjir
Sulthon pada 1965. Awalnya, al-Barqy diperuntukkan  bagi siswa SD Islam at-Tarbiyah,
Surabaya. Siswa yang belajar metode ini lebih cepat mampu membaca al-Qur'an. Muhadjir lantas
membukukan metodenya pada 1978, dengan judul Cara Cepat Mempelajari Bacaan al-Qur'an alBarqy.

5. Metode Tilawati.
Metode Tilawati disusun pada tahun 2002 oleh Tim terdiri dari Drs.H. Hasan Sadzili, Drs
H. Ali Muaffa dkk. Kemudian dikembangkan oleh Pesantren Virtual Nurul Falah Surabaya.
Metode Tilawati dikembangkan untuk menjawab permasalahan yang berkembang di TK-TPA,
antara lain : 
Mutu Pendidikan  Kualitas santri lulusan TK/TP Al Qur’an belum sesuai dengan
target.
Metode pembelajaran masih belum menciptakan suasana belajar
yang kondusif. Sehingga proses belajar tidak efektif.
Pendanaan  Tidak adanya keseimbangan keuangan antara pemasukan dan
pengeluaran.
Waktu pendidikan  Waktu pendidikan masih terlalu lama sehingga banyak santri drop
out sebelum khatam Al-Qur'an.
Kelas TQA Pasca TPA  TQA belum bisa terlaksana.
 Metode Tilawati memberikan jaminan kualitas bagi santri-santrinya, antara lain : 
a. Santri mampu membaca Al-Qur'an dengan tartil.
b. Santri mampu membenarkan bacaan Al-Qur'an yang salah.
c. Ketuntasan belajar santri secara individu 70 % dan  secara kelompok 80%.

 - - - - - - -

Tidak ada komentar:

Posting Komentar