Ragam Metode Pengajaran Baca Tulis Al-Qur'an
Oleh: Komari
1.
Metode Baghdadiyah.
khalifah
Bani Abbasiyah. Tidak tahu dengan pasti siapa penyusunnya. Dan telah seabad
lebih
berkembang
secara merata di tanah air.
mudah
ke yang sukar, dan dari yang umum sifatnya kepada materi yang terinci ( khusus
). Secara
garis
besar, Qoidah Baghdadiyah memerlukan 17 langkah. 30 huruf hijaiyyah selalu
ditampilkan
secara
utuh dalam tiap langkah. Seolah-olah sejumlah tersebut menjadi tema central
dengan
berbagai
variasi. Variasi dari tiap langkah menimbulkan rasa estetika bagi siswa (enak
didengar )
karena
bunyinya bersajak berirama. Indah dilihat karena penulisan huruf yang sama.
Metode ini
diajarkan
secara klasikal maupun privat.
Beberapa
kelebihan Qoidah Baghdadiyah antara lain :
a.
Bahan/materi pelajaran disusun secara sekuensif.
b.
30 huruf abjad hampir selalu ditampilkan pada setiap langkah secara utuh
sebagai tema
sentral.
c.
Pola bunyi dan susunan huruf (wazan) disusun secara rapi.
d.
Ketrampilan mengeja yang dikembangkan merupakan daya tarik tersendiri.
e.
Materi tajwid secara mendasar terintegrasi dalam setiap langkah.
2.
Metode Iqro’.
Metode
Iqro’ disusun oleh Bapak As'ad Humam dari Kotagede Yogyakarta dan
dikembangkan
oleh AMM ( Angkatan Muda Masjid dan Musholla ) Yogyakarta dengan
membuka
TK Al-Qur'an dan TP Al-Qur'an. Metode
Iqro’ semakin berkembang dan menyebar
merata
di Indonesia setelah munas DPP BKPMI di Surabaya yang menjadikan TK Al-Qur'an
dan
metode
Iqro’ sebagai sebagai program utama perjuangannya.
Metode Iqro’ terdiri dari 6 jilid dengan
variasi warna cover yang memikat perhatian anak
TK
Al-Qur'an. 10 sifat buku Iqro’ adalah :
a.
Bacaan langsung.
b.
CBSA
c.
Privat
d.
Modul
e.
Asistensi
Bentuk-bentuk
pengajaran dengan metode Iqro’ antara lain :
a.
TK Al-Qur'an
b.
TP Al-Qur'an
c.
Digunakan pada pengajian anak-anak di masjid/musholla
d.
Menjadi materi dalam kursus baca tulis Al-Qur'an
e.
Menjadi program ekstra kurikuler sekolah
f.
Digunakan di majelis-majelis taklim
3.
Metode Qiro’ati
Metode
baca al-Qu ran Qira'ati ditemukan KH. Dachlan Salim Zarkasyi (w. 2001 M) dari
Semarang,
Jawa Tengah. Metode yang disebarkan sejak awal 1970-an, ini memungkinkan
anakanak mempelajari al-Qur'an secara cepat dan mudah..
Kiai
Dachlan yang mulai mengajar al-Qur'an pada 1963, merasa metode baca al-Qur'an
yang
ada belum memadai. Misalnya metode Qa'idah Baghdadiyah dari Baghdad Irak, yang
dianggap
metode tertua, terlalu mengandalkan hafalan dan tidak mengenalkan cara baca
tartil
(jelas
dan tepat, red.)
Kiai Dachlan kemudian menerbitkan enam jilid
buku Pelajaran Membaca al-Qur'an
untuk
TK al-Qur'an untuk anak usia 4-6 tahun pada l Juli 1986. Usai merampungkan
penyusunannya,
KH. Dachlan berwasiat, supaya tidak
sembarang orang mengajarkan metode
Qira'ati.
Tapi semua orang boleh diajar dengan metode Qira'ati.
Dalam
perkembangannya, sasaran metode Qiraati kian diperluas. Kini ada Qiraati untuk
anak
usia 4-6 tahun, untuk 6-12 tahun, dan untuk mahasiswa.
Secara
umum metode pengajaran Qiro’ati adalah :
a.
Klasikal dan privat
b.
Guru menjelaskan dengan memberi contoh materi pokok bahasan, selanjutnya siswa
membaca
sendiri ( CBSA)
c.
Siswa membaca tanpa mengeja.
d.
Sejak awal belajar, siswa ditekankan untuk membaca dengan tepat dan cepat.
4.
Metode Al Barqy
Metode
al-Barqy dapat dinilai sebagai metode cepat
membaca al-Qur'an yang paling
awal.
Metode ini ditemukan dosen Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel Surabaya, Muhadjir
Sulthon
pada 1965. Awalnya, al-Barqy diperuntukkan
bagi siswa SD Islam at-Tarbiyah,
Surabaya.
Siswa yang belajar metode ini lebih cepat mampu membaca al-Qur'an. Muhadjir
lantas
membukukan
metodenya pada 1978, dengan judul Cara Cepat Mempelajari Bacaan al-Qur'an
alBarqy.
5.
Metode Tilawati.
Metode
Tilawati disusun pada tahun 2002 oleh Tim terdiri dari Drs.H. Hasan Sadzili,
Drs
H.
Ali Muaffa dkk. Kemudian dikembangkan oleh Pesantren Virtual Nurul Falah
Surabaya.
Metode
Tilawati dikembangkan untuk menjawab permasalahan yang berkembang di TK-TPA,
antara
lain :
Mutu
Pendidikan Kualitas santri lulusan TK/TP
Al Qur’an belum sesuai dengan
target.
Metode pembelajaran masih
belum menciptakan suasana belajar
yang
kondusif. Sehingga proses belajar tidak efektif.
Pendanaan Tidak adanya keseimbangan keuangan antara
pemasukan dan
pengeluaran.
Waktu
pendidikan Waktu pendidikan masih
terlalu lama sehingga banyak santri drop
out
sebelum khatam Al-Qur'an.
Kelas
TQA Pasca TPA TQA belum bisa terlaksana.
Metode Tilawati memberikan jaminan kualitas
bagi santri-santrinya, antara lain :
a.
Santri mampu membaca Al-Qur'an dengan tartil.
b.
Santri mampu membenarkan bacaan Al-Qur'an yang salah.
c.
Ketuntasan belajar santri secara individu 70 % dan secara kelompok 80%.
- - - - - - -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar