Tahun Pelajaran Baru 2012-2013 Insya ALLAH sebentar lagi akan datang. Dari sekarang bahkan beberapa bulan sebelumnya kita para orang tua sudah sibuk mempersiapkan diri untuk anak-anak kita mencarikan sekolah yang akan dimasuki. Mulai dari SD, SMP sampai SMU/SMK, dan tak lupa tentunya juga untuk kelas Kelompok Bermain (KB)/ Play Group/ PAUD dan TK untuk anak balita kita.
Ada beberapa faktor yang menentukan pilihan kita terhadap sekolah, seperti jarak tempuh, kondisi bangunan, latar belakang, biaya, prestasi yang dicapai, fasilitas, dsb, dsb. Dan tentunya kita akan memilih yang terbaik untuk anak kita.
Ada beberapa faktor yang menentukan pilihan kita terhadap sekolah, seperti jarak tempuh, kondisi bangunan, latar belakang, biaya, prestasi yang dicapai, fasilitas, dsb, dsb. Dan tentunya kita akan memilih yang terbaik untuk anak kita.
Orang
tua yang bertanggung-jawab tentu tidak akan sembarangan dalam memilihkan
sekolah untuk anaknya. Mereka pasti akan melihat dulu visi-misi sekolah, tujuan
dan nilai, serta target yang ingin dicapai oleh sekolah untuk anak didiknya. Dan
orang tua kira-kira bisa membayangkan akan jadi apa anaknya setelah lulus dari
sekolah tersebut. Hal ini sangatlah penting karena pilihan sekolah di awal tentunya
banyak atau sedikitnya akan mewarnai dan
menentukan masa depan anak di kemudian hari. Orang tua yang baik tentu ingin
anaknya menjadi orang yang bahagia di dunia dan bahagia di akhirat. Menjadi hamba
ALLAH yang bermanfaat bagi lingkungannya dan hamba ALLAH yang dimasukkan dalam
Jannah-Nya.
Rasulullah
SAW mengingatkan kita, “Setiap
anak di lahirkan dalam keadaan fitrah, dan orang tuanyalah yang menjadikannya
nasrani, yahudi dan atau majusi”. Jadi bagaimana masa depan anak kita
ada di tangan orang tuanya masing-masing. Jika kita ingin berinvestasi, maka
sebaik-baik investasi adalah untuk anak kita dengan memberikannya pendidikan
yang terbaik sejauh yang kita mampu agar mereka kelak anak-anak kita tersebut
menjadi hamba ALLAH yang bahagia di du nia, bahagia di akhirat.
Berikut kami tampilkan beberapa
postingan yang penulis sebutkan sumbernya. Semoga tulisan dari postingan tersebut bisa memberi kita arahan mengapa dan
kenapa kita harus memilihkan sekolah ISLAM untuk anak- anak kita.
Selamat Membaca . . . .
Selamat Membaca . . . .
Cibitung, 25 Rabilu Akhir 1433 H/ 18 Maret 2012
Abuizzat
Selamat mengikuti :
1.
Judul : Kenapa Harus Sekolah Favorit?
Menjelang pergantian tahun ajaran baru, biasanya sekolah
akan sibuk berlomba menjaring murid baru. Orang tua pun disergap kekhawatiran
klasik, takut kalau anaknya tidak diterima di sekolah favorit. Kekhawatiran
yang sangat dipengaruhi oleh niat, “kenapa kita harus mengirimkan anak
bersekolah?” Niat yang salah akan mengantarkan pada amal yang salah pula.
Misalnya, kalau tidak diterima di
sekolah terbaik, tak jarang anak histeris dan orang tuanya marah-marah.
Untuk berniat yang baik setiap Muslim diingatkan oleh
Rosulullah saw,
“barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka
Allah memudahkan untuknya jalan menuju surga.” (HR Muslim)
Niatan Menyekolahkan Anak
Maka niat atau motivasi menyekolahkan anak seharusnya
adalah untuk menjadikan mereka orang yang beriman dan bertaqwa dengan ilmu.
Karena tidaklah masuk ke dalam surga kecuali orang yang beriman dan bertaqwa,
dan amatlah sukar bagi orang untuk bertaqwa apabila tidak memiliki ilmu.
Misalnya, mungkinkah seseorang sabar dengan musibah
apabila dia tidak mengetahui bahwa hal tersebut terjadi atas seizin Allah?
Bagaimana bisa orang taat menegakkan sholat bila tidak pernah diajari sholat?
Apakah seseorang mau menegakkan syariat Islam kalau tidak mengetahui apa saja
manfaatnya dan apa yang mewajibkannya?
Maka bila orang tua berniat lurus, kita akan memilih sekolah yang
mampu menjadikan anak beriman dan bertaqwa, menjadi sholih, dan berakhlak
qurani.
Ada lagi yang asal menyekolahkan anak, memilihkan yang
negeri semata-mata karena murah, apalagi bila tanpa diimbangi pendidikan yang
islami di rumah. Orang tua yang pasrah bongkokan pada sekolah. Kalau anak sudah
bisa berseragam, mengerjakan PR, pulang dan pergi dari sekolah dengan selamat,
dianggap tugas orang tua sudah beres. Kewajiban mendidik tidak boleh
dilemparkan pada guru, melainkan harus diimbangi oleh orang tua sendiri.
Tentu tidak ada salahnya mengirimkan anak ke sekolah
negeri karena alasan biaya. Namun karena pendidikan agamanya minim, maka orang
tua wajib menambah “jam pelajaran” agama ekstra, di luar sekolah. Misalnya
dengan mengajaknya mengaji bersama keluarga atau memberangkatkannya ke TPQ yang
terorganisasi baik. Adanya tambahan pelajaran agama ini adalah wujud niat orang
tua menjadikan anaknya sholih. Sebab bila orang tua tidak berniat demikian,
tidak akan bersusah-payah menambah kesibukan di rumah.
Yang perlu digarisbawahi, sekolah bukanlah pengganti
orang tua, bukan pula tempat penitipan anak. Sekolah adalah cara orang tua
menunaikan kewajiban mendidik anak secara ma’ruf (baik). Kewajiban tetaplah
berada di pundak orang tua.
==================================================
2.
Judul : Mengapa Harus Sekolah Agama? By Sayed Muhammad
Husen
Sumber : http://buletinlamaninewscom.blogspot.com/2011/06/mengapa-harus-sekolah-agama-by-sayed_07.html
Abu Muhammad,
seorang da'i murni.Tak ada pekerjaan lain yang ditekuninya, kecuali berdakwah
dan mengasuh pengajian. Hampir seluruh waktunya didedikasikan untuk meninggikan
Islam dan agama Islam. Hidupnya sederhana, dengan enam orang putra putri.
Pernah belajar di pergururuan tinggi Islam. Isterinya seorang muslimah sejati.
“Saya berkeyakinan, dengan dakwah dan pendidikan kita bisa bangun peradaban Islam,”
katanya.
Dalam suatu kesempatan diskusi
dengannya, saya menanyakan, “Mengapa anak-anak kita harus sekolah agama?”
Pertanyaan ini menjadi relevan mengingat masyarakat kita sedang merencanakan
pendidikan anak tahun ajaran baru 2011/2012.
“Karena tak ada pilihan lain. Jika ada pilihan lain, saya tak akan merekomendir
sekolah agama.” “Apakah pendidikan agama yang ada sekarang, seperti
Raudhataul Athfal, MIN, MTsN, MAN dan IAIN masih belum sesuai dengan
filosofi pendidikan Islam?” “Pendidikan Islam harus berdasar ajaran tauhid. Pendididikan harus mampu mengantarkan peserta didik dan alumninya mentauhidkan Allah SWT,
me n t a a t i s y a r i a t I s l am d a n - mendakwahkannya. Mereka juga tak anti
jihad.
Nah lihat saja
alumni yang katanya sekolah agama (yang dari DEPAG – red) sekarang ini. Masih
banyak di antara mereka yang tak shalat lima waktu.”“Bukankah jika mereka masuk
pendidikan umum lebih celaka lagi?” “Itu memang pendidikan sekuler, yang memilah antara pendidikan dengan agama. Jangan-jangan pendidikan seperti ini. melahirkan generasi anti syariat, koruptor dan merusak tatanan kehidupan.”
pendidikan umum lebih celaka lagi?” “Itu memang pendidikan sekuler, yang memilah antara pendidikan dengan agama. Jangan-jangan pendidikan seperti ini. melahirkan generasi anti syariat, koruptor dan merusak tatanan kehidupan.”
“Abu, tentu, kita tak bisa membiarkan ummat dalam kebingungan, sulit dalam merencanakan pilihan pendidikan anakanak mereka?”
“Di antara yang buruk, sekarang mulai tumbuh lembaga pendidikan yang lebih dekat dengan sistem Islam seperti TKIT, SDIT, SMPIT, (SMAIT, SMKIT – red) Dayah Terpadu, Dayah Tahfidh dan beberapa Ma'had Prosunnah.”
“Tapi apakah bisa menjawab masalahmasalah yang ada, seperti kemampuan alumni bersaing memasuki dunia kerja atau memilih sekolah lanjutan yang lebih
b e r k u a l i t a s ? ” “ Tak selamanya kita harus mengukur masa depan anak dengan perolehan rezeki secara rasional. Allah Maha Kuasa dalam memberi rezeki. Rezeki tak hanya di dapat dari profesi PNS atau menjadi saudagar kaya tak harus lewat pendidikan berkualitas.”
“Tapi, bukankah dengan ramai-ramai memilih pendidikan agama, nanti alumninya
akan bersesakan memperebutkan aktivitas bidang agama sebagai karier?” “Pertanyaan anda juga patut dikoreksi.”
“Lihat saja ribuan alumni dayah di Aceh, apakah telah membuat mereka tak bekerja?
Tidak. Semua alumni dayah tertampung dalam masyarakat. Tak semua mereka menjadi ulama, mengajar atau mendirikan dayah baru.
Sebagian besar mereka malah bekerja dengan profesi masing-masing. Jadi tak perlu khawatir masuk sekolah agama.”
Abu Muhammad telah menunjukkan komitmen yang tinggi dalam memilih dan mendukung pendidikan agama, lalu,
bagimana dengan anda? Empat anaknya belajar di sekolah agama dan ma'had tahfidz.
Saya yakin, anda juga akan memilih sekolah agama. Saya pun satu barisan dengan anda.
Anak saya masih belajar di PAUD Jiilul Islam, di bawah asuhan 'Aisyiyah Aceh Besar.
=
====================================================================
3.
Judul : Mengapa Harus Sekolah Islam
|
Setiap anak di lahirkan dalam
keadaan fitrah, dan orang tuanyalah yang menjadikannya nasrani, yahudi dan
atau majusi”
Hadits di atas telah menjelaskan kepada kita semuanya bahwa anak kita sudah terlahir dalama keadaan fitrah, dan agama yang fitrah itu adalah islam yang jika kita melaksanakan ajarannya secara menyeluruh, maka seluruh problematika kehidupan akan terselesaikan dengan baik. Kita sebagai orang tua mestinya tahu betul dan tentunya sangat mengidamkan generai penerus kita nani adalah generasi yang dapat menjadi hamba Allah yang baik dan bermanfaat untuk kepentingan rang banyak. Oleh sebab itu di dalam memberikan pendidikan, hendaknya orang tua harus selektif dalam memilihnya, jangan sampai anak kita nanti anya pandai saja, mereka hanya sukses secara materi saja. Namun lebih daripada itu,alangkah indahnya jika kita melihat anak kita sukses baik secara materi maupun immaterinya( akhlaqnya mulia ). Berpangkal dari sinilah bahwa menyekolahkan anak di sekolah islam menjadi sebuah keniscayaan bagi orang tua yang menginginkan anaknya menjadi Qurrrata a'yun, bermanfaat bagi sesamanya. Abu Alif
======================================================================
|
4.
Judul
: MENGAPA
HARUS PENDIDIKAN ISLAM?
“Pendidikan
Islam dikatakan sesuai dengan kemanusiaan hebat, karena pendidikan Islam memandang
manusia secara kaffah." (Prof.DR.H. Muhtarom HM dalam Ahmad Ludjito, dkk.
2010: 285)
Yang dimaksud pendidikan Islam
adalah konsep Islam dalam pendidikan, bukan mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam. Karenanya berbicara pendidikan Islam pada hakekatnya berbicara tentang
konsep pendidikan atas segala mata pelajaran dan segala kegiatan yang
diselenggarakan oleh lembaga pendidikan ditinjau dari pandangan dan konsepsi
Islam.
Dalam pendidikan harus memandang
manusia secara integral (kaffah). Menurut Prof.DR.H. Muhtarom HM dalam
Ahmad Ludjito, dkk. 2010: 285, dikatakan, “Pendidikan Islam dikatakan sesuai
dengan kemanusiaan hebat, karena pendidikan Islam memandang manusia secara
kaffah." Menurutnya "Proses pendidikan Islam harus mencakup
aspek ta'lim dan ta'dib, yaitu yang menyangkut transfer ilmu dan keterampilan
untuk memenuhi hajat hidup, dan yang menyangkut aspek beradab atau berbudi
pekerti baik." (Prof.DR.H. Muhtarom HM dalam Ahmad Ludjito, dkk.
2010: 267).
Perlu dipahami pula bahwa pendidikan
merupakan proses pembudayaan, karenanya pendidikan harus menghasilkan manusia
yang memiliki budaya yang relevan dengan tuntutan masyarakat dan tuntutan
zaman. Dalam konteks ini budaya yang dimaksud yang ideal adalah harus sesuai
dengan fitroh manusia, dengan demikian pasti akan menjunjung nilai
kemanusiaannya. Akan tetapi seiring dengan perkembangan informasi dan teknologi
tidak pungkiri akan berdampak pada pengaruh yang menjatuhkan nilai kemanusiaan.
"Proses sekulerisasi pada kebudayaan materiil, gaya hidup dan nilai-nilai
yang dibawa oleh medium-medium produk kemajuan teknologi komunikasi akan
memunculkan mass-culture dengan segala konsekuensi lanjutannya."
(Azyumardi Azra dalam Ahmad Ludjito, dkk. 2010:273).
Untuk dalam konsep
pendidikan Islam harus berupaya mengangkat martabat manusia dalam derajat yang
mulia. Untuk itu dalam kancah seperti dewasa ini, "Pendidikan Islam
kiranya dapat mempunyai kekuatan menjadicounter budaya dan sebagai respons terhadap mass culture dengan kembali memperkokoh tradisi
Islam di kalangan peserta didik muda dan anak-anak usia dini."(Prof.DR.H.
Muhtarom HM dalam Ahmad Ludjito, dkk. 2010: 273).
Pendidikan
Islam harus dapat mengimplementasikan konsep pendidikan Islam secara
utuh. Pendidikan
dalam bahasa Arab disebut “tarbiyah”. Tarbiyah berasal dari kata roba-yarbu yang berarti penambahan,
pertumbuhan, pemeliharaan, dan penjagaan. Adapun menurut istilah, pendidikan
diartikan sebagaimana pendapat beberapa ulama berikut:
(1) Al-Qadhi Al-Baidhowi
mengartikan pendidikan (tarbiyah) sebagai “membawa sesuatu ke arah
kesempurnaan secara bertahap”;
(2) Ibnu Sina mengartikantarbiyah sebagai pembiasaan, yaitu melakukan
sesuatu berulang-ulang dalam masa yang lama dan dalam waktu yang berdekatan;
(3) Rif’ah Rafi’ Ath-Thathwi mendefinisikan pendidikan sebagai usaha mengembangkan
jasmani dan jiwa anak didik semenjak lahir sampai tua dengan pengetahuan agama
dan dunia.
Sedangkan DR. Miqdad Yaljan mengklasifikasi pendidikan
Islam (tarbiyah Islamiyah) sebagai berikut:
(1) kurikulum materi-materi
keislaman di sekolah atau madrasah,
(2) sejarah pendidikan, sejarah lembaga
pendidikan atau sejarah tokoh-tokoh pendidikan di negara Islam,
(3) pengajaran
ilmu-ilmu keislaman, dan
(4) sistem pendidikan integral yang diambil dari
arahan dan ajaran Islam yang murni, serta berbeda dengan pendidikan lain baik
Barat maupun Timur.
Sedangkan Prof. DR. Abdul Gani Abud berpendapat bahwa
pendidikan Islam yang kita inginkan adalah sebagaimana pendidikan yang ideal
dan sebagaimana seharusnya, yakni pendidikan Islam yang tujuan dan dasar-dasarnya
berdasarkan ruh Islam yang dituangkan Allah dalam Al Qur’an dan dicontohkan
Rasul dan hadits.
Jadi pendidikan yang kita inginkan adalah pendidikan yang
berada dalam lapangan kehidupan yang penuh suasana yang islami seperti yang
digariskan dalam Al Qur’an dan hadits Rasulullah SAW. Pertumbuhan anak-anak
muslim berada dalam suasana khusus ini. (Sukro Muhab 2010:6)
setuju
BalasHapusTerima kasih Pak Khudori utk apresiasinya.
Hapussetuju
BalasHapus